SIAPA BILANG MEGAWATI TELAH MENGELIMINASI NAMA GANJAR PRANOWO SEBAGAI CAPRES PDIP Penulis : Andi Salim

Pasca pernyataan HUT PDIP ke 50 kemarin, berbagai pendapat berseliweran semakintidak jelas. Bahkan tak sedikit yang menyebutkan bahwa Megawati tidak menginginkan Ganjar Pranowo untuk maju sebagai Capres yang diusung PDIP, padahal jika pernyataannya disimak secara teliti, justru dengan gamblang bahwa dirinya sesungguhnya mendukung sosok Ganjar yang merupakan anak ideologis partai ini. Lalu dimana persimpangan cara pandang itu menjadi terlihat keliru dari pernyataan Megawati tersebut, serta apa yang menjadi dasar keyakinan bagi penulis untuk memastikan bahwa justru Ganjarlah yang akan diumumkannya. Hal ini sekaligus meluruskan persepsi publik serta tayangan pendapat Ade Armando dalam videonya beberapa saat yang lalu.


Walau momentum pengumuman deklarasi atas rekomendasi itu ditarik mendekati masa pendaftaran capres dan cawapres yang di sesuaikan pada ketentuan KPU tanggal 19 Oktober 2023 nanti, namun kita semua semestinya paham bahwa politik harus disertai dengan bagaimana mengolah emosi masyarakat secara baik, apalagi yang terkait dengan kehendak, harapan dan tujuan berbangsa dan bernegara yang tertanam dibenak mereka. Sebagian dari kita hanya terbiasa menemukan emosi sebagai gambaran kemarahan, kesedihan, kekecewaan, dll. Padahal dalam ilmu psikologi, emosi diartikan sebagai pola reaksi kompleks yang melibatkan pengalaman, perilaku, dan harapan yang akan digunakan seseorang untuk menangani berbagai masalah atau peristiwa penting yang dialaminya.


Megawati sengaja menceritakan betapa dahulu Jokowi sekalipun bukanlah siapa-siapa yang dikenal sebagaimana saat ini, kecuali dibesarkan oleh partai PDI Perjuangan, fakta itu tentu harus kita akui bersama, sekalipun pada pernyataannya terkesan menyentil dan mengungkapkan jasa PDIP terhadap bagaimana Jokowi dihadirkan sebagai pemimpin Indonesia saat ini. namun kita harus pula mengakui bahwa hal tersebut sesungguhnya memang demikian adanya. Perjalanan karir Jokowi di perpolitikan Indonesia sejak beliau masuk sebagai anggota PDIP tahun 2004 dan langsung direkomendasikan oleh PDIP sebagai calon Walikota Solo untuk mengikuti pilwalkot tahun 2005. Singkat cerita pun, lagi-lagi PDIP mencalonkannya sebagai Gubernur DKI Jakarta melawan Fauzi Bowo selaku Incumbent pada tahun 2012 dan tak lama kemudian mengikuti pilpres 2014 silam hingga seperti sekarang.


Kupasan beliau mengenai kiprah perempuan Indonesia tentu saja ditujukan bagi setiap inisiator pencinta tanah air dan bangsa agar dimasa yang akan datang tidak lagi seperti sekarang, dimana capres perempuan masih dianggap haram dan seolah-olah peluang tersebut masih tertutup rapat oleh diamnya negarawan dan tokoh-tokoh agama yang menutup telinganya pada isu gender sebagaimana yang disebutkannya bahwa terdapat tokoh-tokoh perempuan seperti Cut Nyak Dien dari Aceh, Hj. Rasuna Said dari padang, Kartini dari Jawa dan lainnya, serta tokoh-tokoh luar negeri sekalipun telah lama memunculkan politikus perempuannya untuk bersejajar dengan para laki-laki dalam memperebutkan posisi tertinggi di berbagai negara di dunia. Termasuk ketika beliau menceritakan bagaimana dirinya merekomendasikan nama Retno Marsudi guna ditempatkan sebagai menteri Luar Negeri saat ini.


Hal inilah yang mendasari tudingannya kepada Nadiem makarim selaku menteri pendidikan serta menteri-menteri lainnya, bahwa upaya kearah sana dianggapnya masih lemah dan Indonesia masih saja meletakkan isu gender ini sebagai alasan diskriminasi dibalik diamnya para tokoh bangsa ini, apalagi menyeruaknya politik identitas yang justru semakin marak dan menekan kearah sana. Sebab dipahami banyak orang bahwa gagalnya perempuan untuk naik kepermukaan lebih kepada kelompok agama yang berkomentar pahit pada kiprah perempuan Indonesia yang lebih sekedar ibu rumah tangga biasa saja. Oleh karenanya, disebutkannya prestasi yang dicapai Retno Marsudi saat ini pun tidak tertinggal dari campur tangannya agar setiap perempuan Indonesia itu semestinya mendapat kepercayaan sepenuhnya dibalik posisinya sebagai istri disetiap aktifitas rumah tangga yang membelenggu mereka.


Apalagi Ganjar sendiri pun semestinya memang layak mendapatkan ujian mental, sebelum pencalonan dirinya sebagai capres PDIP. Sebab ketika saatnya nanti beliau mendapat kesempatan untuk memimpin Indonesia, bukankah segalanya digantungkan pada sikap dan keteguhannya yang tidak boleh MUNTUNGAN (meninggalkan gelanggang) oleh karena hujatan, caci maki bahkan fitnah yang akan dialaminya sebagaimana yang kita lihat pada apa yang dialami Jokowi saat ini. Jika di Jawa Tengah beliau mampu memenangkan keikutsertaannya pada pilkada dengan suara mayoritas, tentu hal itu tidak akan sama ketika beliau akan bertarung pada pilpres 2024 nanti yang di prediksi bahwa perolehan suaranya tidak akan jauh dari apa yang diraih jokowi pada pilpres 2014 dan 2019 lalu. Hal itu mengkonfirmasi bahwa kelompok yang tidak memilihnya serta tidak pula menyukainya sudah barang tentu akan berjumlah puluhan juta banyaknya. 


Diketahui bahwa mulut mereka tentu akan haus dengan melontarkan kritik negatif dan caci maki yang bersifat amoral, bahkan tak sedikit yang melontarkan hinaannya sekaligus ingin menjatuhkannya pula, sekalipun apa yang dikerjakannya merupakan prestasi yang diakui dunia sebagaimana pemerintahan sekarang ini. Oleh karenanya, dengan menahan diumumkannya nama capres pada HUT ke 50 kemarin, selain untuk menguji kesabaran terhadap Ganjar sendiri, publik yang mendukung pun harus teruji kesabaran dan loyalitasnya, jangan sampai pasca kemenangannya nanti, justru publik akan meninggalkannya begitu saja sehingga kedekatan emosionalnya terhadap masyarakat justru hilang begitu saja. Apalagi sindirannya terhadap partai lain yang hingga kini belum memunculkan nama-nama capresnya. Sebab baru hanya segelintir partai yang mendeklarasikan capresnya yang dianggapnya terlalu pagi dibalik surutnya dukungan publik kearah dirinya. 


Tentu saja PDIP tidak menginginkan cara semacam ini guna diterapkan pada capresnya dan strategi partai yang menyajikan kehambaran politik yang seolah-olah masakan tanpa bumbu dan tidak mendatangkan selera makan bagi siapapun yang disajikannya. Sebab berbicara tentang politik, tidak cukup hanya tentang kebenaran, kebaikan, kejujuran serta integritas seseorang untuk disajikan begitu saja kepada masyarakat. Politik adalah seni yang diperankan oleh mereka yang mengerti bagaimana mengolah partisipasi emosional masyarakat agar setiap pelaku dan pekerja politik benar-benar memahami apa peran dan fungsinya, serta tidak pula perlu ikut-ikutan dari kehebohan yang diciptakan pihak lain guna di imbangi sekedar menimbulkan dampak perimbangannya. Sebab politik semestinya mengakumulasi harapan untuk diwujudkan, mengumpulkan segenap kekuatan untuk diterapkan, serta mengumpulkan semangat perjuangan untuk menaklukkan segala rintangannya. Disanalah Megawati berdiri dan mengawasi itu semua. Sekian terima kasih.


Dari sekelumit dan terbatasnya penulisan ini, tidakkah Megawati sedang menyayangkan betapa kiprah perempuan tanah air yang saat ini semakin surut, bukan saja ditingkat daerah namun juga telah semakin tersisihkan ditingkat nasional, bahkan keberadaan perempuan untuk memenuhi kuota 30% disetiap instansi pemerintah seolah-olah menjadi mustahil untuk dicapai. Alangkah disayangkannya sikap para tokoh bangsa yang saat ini terlihat diam dan tidak ambil respect pada kenyataan semacam ini. Bahkan sekedar dibahasnya pada tingkat internalnya saja direspon publik sebagai ambisinya untuk memaksakan diri guna menjadikan Puan Maharani sebagai Capres yang akan direkomendasikannya pada pilpres 2024 dibalik hak eksklusifnya selaku ketua umum yang memiliki hak prerogatif dalam menentukan semua itu. Lalu, dengan cara apalagi hal itu dapat disampaikan secara wajar dan mampu direnungkan oleh pihak-pihak yang berharap naiknya apresiasi terhadap golongan perempuan indonesia ini.


Semoga tulisan ini bermanfaat.

#jkwguard #Andisalim #Toleransiindonesia #TI Mari Bertoleransi, silahkan share🙏

https://www.facebook.com/groups/402622497916418/?ref=share

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TELKOM SINGLE INVOICE

SETTING FAX ONT F660 ZTE